Kebutuhan Air dalam Budidaya Hidroponik


Hidroponik dikenal sebagai sistem budidaya yang menggunakan air dengan sangat efisien. Penggunaan air hanya sebatas yang dibutuhkan untuk proses hidup tanaman termasuk yang diuapkan oleh tanaman. Hanya sedikit yang terbuang, ketika sebulan sekali tandon larutan nutrisi dibersihkan. Namun demikian limbah air tidak dibuang sia-sia, tetapi dapat dimanfaatkan untuk disiramkan lagi ke tanaman hias, tanaman buah-buahan yang tumbuh di pekarangan, atau dialirkan ke sawah untuk penambahan pupuk menanam padi.

Penggunaan air pada hidroponik tergantung pada :
  1. Jenis tanaman yang dibudidayakan
  2. Ukuran tanaman : persemaian membutuhkan air sedikit, tanaman dewasa membutuhkan air sangat banyak
  3. Radiasi matahari : makin terik, makin banyak air dibutuhkan
  4. Temperatur : makin tinggi, makin banyak membutuhkan air
  5. Kelembapan nisbi : makin rendah PH, makin diperlukan banyak air
  6. Angin : makin kencang tiupan angin, makin banyak diperlukan air.

Untuk menghindari berbagai serangan penyakit akibat cendawan dan organisme pengganggu tanaman lainnya, hidroponik wajib menggunakan air steril yang di dapat dari kedalaman sumur. Jangan menggunakan air sungai, danau, got, atau comberan karena penuh dengan spora, kista, dan penyakit. 

Idealnya air baku itu dikumpulkan terlebih dahulu di suatu tandon/reservoir untuk disesuaikan pH-nya menjadi tingkat yang kita inginkan. Biasanya kisaran pH yang dipakai 5,5-5,6 dendgan optimal sekitar 6,0. Angka ini bukanlah angka mati, tetapi bisa fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan selera kita. 

Air dengan temperatur rendah bersifat lebih baik, karena kandungan oksigen terlarutnya lebih tinggi. Jika dimanfaatkan oleh tanaman maka respirasi akan meningkat, energi lebih banyak dihasilkan, air dan hara nutrisi lebih banyak terserap akar, akhirnya tanaman tumbuh pesat.