Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) KD 3.3 Memahami Perhitungan Titik Impas (Break Even Point) Wirausaha Pengolahan Makanan Awetan Nabati
Tujuan Pembelajaran
Siswa mempelajari tentang perhitungan titik impas (break even point) Wirausaha Pengolahan Makanan Awetan Nabati sebagai berikut :
- Pengertian dan manfaat Titik Impas (break even point) Wirausaha Pengolahan Makanan Awetan Nabati
- Komponen perhitungan Titik Impas (break even point) Wirausaha Pengolahan Makanan Awetan Nabati
- Menghitung biaya produksi, break even point dan lama balik modal Wirausaha Pengolahan Makanan Awetan Nabati
Setiap pengusaha atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau modal pada sebuah usaha pasti akan menghitung untung rugi usaha yang akan digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, hitungan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas mutlak perlu dilakukan. Secara sederhana, Break Even Point (BEP) atau Titik impas adalah sebuah istilah ekonomi yang menunjukkan kapan total Keuntungan sebuah usaha setara atau sama dengan modal yang telah dikeluarkan.
Kenapa titik impas (break even point) menjadi penting? Karena titik ini bisa menunjukkan mulai kapan usaha dapat memberikan keuntungan yang sesungguhnya. Kebutuhan biaya produksi dalam wirausaha pengoalahan diperlukan untuk menentukan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari wirausaha pengolahan. Pendapatan dalam suatu usaha dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor (omset) dan pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor (omset) didapatkan dari semua hasil penjualan dari suatu produk kerajinan, sedangkan pendapatan bersih didapatkan dari nilai pendapatan kotor dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu siklus operasional wirausaha.
Berikut ini hasil produk olahan makanan awetan nabati berupa keripik pisang dari temanmu kelas 10-8 ananda (Kartika Dwi Puspita Sari, Naura Diki Anggi F, dan Prima Sulistya Putri)
Peluang usaha keripik pisang? Keripik pisang merupakan camilan keripik yang banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat secara luas. Mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa hampir semuanya menyukai keripik pisang. Keripik pisang memiliki kadar air yang sangat renyah karena dibuat dengan proses penggorengan sehingga memiliki tekstur renyah. Daya simpan keripik pisang cukup lama sehingga banyak beberapa pembisnis yang ingin mengembangkan bisnis keripik pisang. Jenis pisang yang dapat dijadikan keripik cukup banyak diantaranya seperti pisang kepok, raja nangka, dll. Pisang yang dijual secara langsung pada umumnya memiliki nilai jual yang sangat rendah. Untuk meningkatkan nilai jual pisang semakin tinggi Anda bisa menggolahnya untuk dijadikan keripik pisang. Keripik pisang saat ini banyak disajikan dengan berbagai varian rasa seperti manis, coklat, dll. Banyaknya varian rasa keripik pisang membuat masyarakat bisa memilih keripik pisang sesuai dengan yang diinginkan.
Berikut ini contoh analisa usaha pengolahan makanan awetan nabati dari keripik pisang :
Asumsi
Penggunaan untuk mesin pengiris pisang selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk kompor serta tabung gas selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk wajan selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk penggoreng selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk wadah selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk lap selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk mesin spinner selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk mesin hand sealer selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk meja dan kursi selama waktu 3 tahun.
Penggunaan untuk peralatan tambahan selama waktu 3 tahun.
Investasi
Peralatan Harga
Mesin pengiris pisang Rp. 4,500,000
Kompor dan gas Rp. 350,000
Wajan Rp. 100,000
Penggoreng Rp. 80,000
Wadah Rp. 50,000
Lap Rp. 50,000
Mesin spinner Rp. 2,500,000
Mesin hand sealer Rp. 1,800,000
Meja dan Kursi Rp. 600,000
Peralatan tambahan Rp. 90,000
Jumlah Investasi Rp. 10,120,000
Biaya Operasional per Bulan
Biaya Tetap
Penyusutan mesin pengiris pisang 1/30 x Rp. 4.500.000 Rp. 150,000
Penyusutan kompor dan gas 1/30 x Rp. 350.000 Rp. 11,667
Penyusutan wajan 1/30 x Rp. 100.000 Rp. 3,333
Penyusutan penggoreng 1/30 x Rp. 80.000 Rp. 2,667
Penyusutan wadah 1/30 x Rp. 50.000 Rp. 1,667
Penyusutan lap 1/30 x Rp. 50.000 Rp. 1,667
Penyusutan mesin spinner 1/30 x Rp. 2.500.000 Rp. 83,333
Penyusutan hand sealer 1/30 x Rp. 1.800.000 Rp. 60,000
Penyusutan meja dan kursi 1/30 x Rp. 600.000 Rp. 20,000
Penyusutan alat tambahan 1/30 x Rp. 90.000 Rp. 3,000
Total Biaya Tetap Rp. 337,333
Biaya Variabel
Pisang Rp. 200,000 x 30 = Rp. 6,000,000
Garam halus Rp. 10,000 x 30 = Rp. 300,000
Gula pasir Rp. 50,000 x 30 = Rp. 1,500,000
Air Rp. 15,000 x 30 = Rp. 450,000
Daun pandan Rp. 15,000 x 30 = Rp. 450,000
Minyak goreng Rp. 50,000 x 30 = Rp. 1,500,000
Air kapur sirih Rp. 10,000 x 30 = Rp. 300,000
Plastik Rp. 75,000 x 30 = Rp. 2,250,000
Gas LPG Rp. 50,000 x 30 = Rp. 1,500,000
Listrik Rp. 20,000 x 30 = Rp. 600,000
Total Biaya Variabel Rp. 14,850,000
Total Biaya Operasional
Biaya tetap + biaya variabel = Rp. 15,187,333
Pendapatan per Bulan
Penjualan rata – rata =
100 Bungkus x Rp. 8,000 = Rp. 800,000
Rp. 800,000 x 30 hr = Rp. 24,000,000
Keuntungan per Bulan
Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp. 24,000,000 – 15,187,333 = Rp. 8,812,667
Lama Balik Modal
Total Investasi / Keuntungan = Rp. 10,120,000 : 8,812,667 = 1 bln
Dari analisa di atas dapat disimpulkan bisnis pengolahan makanan awetan nabati dari keripik pisang sangat menguntungkan dimana modal Rp.10,120,000 dengan kentungan per bulan Rp 24,000,000 dan dapat balik modal dalam 1 bulan.
Tugas : Silahkan buat perhitungan titik impas (break even point) dari produk hasil olahan makanan awetan nabati yang sudah selesai dibuat dan dikirim ke email pkwusman1bojonegoro@gmail.com