Modul Ajar 1 Sosiologi Fase E - BAB 1 Pengertian Ilmu Sosiologi: Sejarah dan Ruang Lingkupnya
Kemudian, karena ilmu ini lebih berfokus pada kemasyarakatan banyak pakar akademis dari berbagai perguruan tinggi mencoba menjelaskan ilmu ini. Berikut ini adalah beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli.
1. Auguste Comte
Sebagai orang yang mencetuskan konsep sosiologi, Comte mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu positif. Artinya dalam mempelajari berbagai gejala sosial yang ada dalam masyarakat, sosiologi sangat berlandaskan pada logika ilmiah dan rasional.
2. Karl Marx
Sedangkan Karl Marx dalam The Communist Manifesto mempercayai bahwa sosiologi bisa melawan penindasan dan melahirkan masyarakat tanpa kelas. Dia yakin bahwa sebenarnya masyarakat harus dibebaskan dari sistem kapitalis.
3. Max Weber
Menurut Max Weber, sosiologi bisa diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik dan hubungan antara berbagai gejala sosial seperti gejala moral, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala ekonomi).
4. Emile Durkheim
Pengertian sosiologi menurut Emile Durkheim ialah ilmu yang mengkaji institusi sosial serta fakta yang ada dalam berbagai tatanan masyarakat. Durkheim percaya bahwa dari kumpulan fakta yang berhubungan dengan cara bertindak dan berpikir itu, ada kekuatan yang bisa mengendalikan sebuah individu.
5. Soejono Soekanto
Soekanto mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang fokus pada segi-segi umum kemasyarakatan dan berusaha memperoleh pola-pola yang umum untuk kehidupan masyarakat.
Sejarah ilmu sosiologi
Meski disebut sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, kemunculan sosiologi masih tergolong baru. Bahkan jika dibandingkan dengan ilmu pengetahuan mengenai masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, sosiologi juga dikatakan muncul sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan manusia.
Sebagai buktinya, dua filsuf besar di zaman Yunani Kuno yaitu Aristoteles dan Plato pernah menulis buku tentang menciptakan sebuah masyarakat yang adil serta bahagia. Ada juga Ibnu Khaldun, cendekiawan dari Timur, yang menulis tentang integrasi sosial dan peradaban manusia di abad ke-14. Tiga karya tersebut sudah ada jauh sebelum sosiologi ditemukan.
Pada perkembangan ilmu ini, para penggagasnya menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mencari orientasi yang sesuai dengan bidang ini.Menariknya, di awal mula kemunculan sosiologi banyak terjadi peristiwa bersejarah dalam peradaban manusia. Dua diantaranya bahkan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan ilmu sosiologi.
Pertama adalah revolusi politik yang terjadi di Perancis pada abad ke-18 sampai 19. Peristiwa ini membuat fokus sosiologi bergeser kepada pembuatan ketertiban dan perubahan sosial.
Yang kedua adalah Revolusi Industri yang menjadi titik kemunculan kapitalisme serta sosialisme. Hal ini juga turut mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi.
Selama abad ke-18, tercatat ada tiga tokoh yang secara spesifik membahas tentang sosiologi. Yang pertama Herbert Spencer pada tahun 1876, lalu Lester F. Ward pada tahun 1883, dan Emile Durkheim. Di abad ke-19 ada dua nama terkenal yang cukup berpengaruh pada sosiologi, yaitu Max Weber serta Karl Marx.
Saat memasuki abad 20, sosiologi berkembang lumayan cepat hingga menjadi bagian dari ilmu sosial yang sangat diminati di Amerika Serikat. Saat itu, banyak ilmuwan mempelajari sosiologi karena kehadiran urbanisasi dan industrialisasi yang masif di daerah perkotaan Amerika Serikat.
Setelah abad ke-21, lahirlah aliran baru sosiologi yang saling mengkritik satu sama lain seperti poststrukturalisme, postmodernisme, postkolonialisme, dan post-positivisme. Adalah George Ritzer yang mendukung pergerakan ini dengan rumusannya mengenai sosiologi sebagai studi yang memuat paradigma plural.
Kamu bisa mempelajari salah satu aliran baru sosiologi melalui buku Postmodernisme Teori dan Metode karya Dr. Akhyar Yusuf Lubis. Buku ini membahas teori dan juga metode dari para pemikir postmodernis yang bisa digunakan untuk memahami fenomena sosial-budaya kekinian.
Tidak cukup sampai di situ, sosiologi juga terus melahirkan subdisiplin baru yang berada di bawah naungannya. Seperti Sosiologi Hukum, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Pemuda, Sosiologi Gender, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi Agama, dan lain-lain. Tokoh yang terkenal adalah Pierre Bourdieu dan Michel Fourcault.
Ruang lingkup sosiologi
Sebenarnya, ruang lingkup sosiologi sendiri sangat luas karena mencakup hampir seluruh bidang yang ada dalam kehidupan masyarakat. Seperti ekonomi, pendidikan, politik, agama, atau kebudayaan. Dan pastinya semua bidang tersebut dilihat dari perspektif sosiologi.
Dengan kata lain, ilmu ini juga mencakup interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok.
Akan tetapi pada hakikatnya, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial memiliki tiga ruang lingkup utama, yaitu:
1. Ilmu sosial (social science)
Sosiologi bukan bagian dari ilmu alam atau ilmu pasti yang menyangkut perbedaan isinya. Sebaliknya, sosiologi adalah ilmu yang kategoris atau hanya fokus kepada apa yang sedang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi atau sudah terjadi.
Sosiologi juga tidak menentukan kemana arah perkembangan sebuah proses kehidupan.
2. Ilmu murni (pure science)
Sosiologi juga merupakan ilmu pengetahuan yang murni karena tujuannya adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam tentang masyarakat. Bukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut kepada masyarakat.
Akan tetapi sosiologi juga bisa digunakan dalam berbagai hal lain seperti administrasi, diplomasi, psikologi, bahkan pembuatan sebuah Undang-Undang karena dia digunakan untuk memperoleh fakta-fakta yang digunakan sebagai jalan keluar dari masalah yang terjadi di masyarakat.
3. Ilmu abstrak (abstract science)
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi juga termasuk ilmu abstrak atau tidak konkrit. Artinya, dia memperhatikan bentuk serta pola peristiwa yang ada di masyarakat.
Tujuan lain dari sosiologi juga bisa digunakan untuk mendapatkan pengertian serta pola umum yang meneliti dan mencari prinsip atau hukum dari interaksi antarmanusia, hakikat, isi, bentuk, atau struktur masyarakat.
Jenis-Jenis Sosiologi
Berdasarkan ruang lingkup tersebut dan juga penerapannya, sosiologi dibagi menjadi empat jenis, yaitu sosiologi umum, sosiologi khusus, sosiologi sebagai ilmu terapan, dan sosiologi sebagai ilmu murni. Berikut penjelasan singkatnya:
1. Sosiologi umum
Sosiologi umum adalah bidang yang menyelidiki dan mempelajari perilaku manusia dalam mengadakan hubungan di masyarakat secara umum.
2. Sosiologi khusus
Sementara sosiologi khusus menyelidiki dan mempelajari berbagai sektor dalam kehidupan masyarakat.
3. Sosiologi sebagai ilmu terapan
Sosiologi sebagai ilmu terapan artinya memiliki tujuan mencari bagaimana cara menggunakan pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah praktis yang ada di masyarakat.
4. Sosiologi sebagai ilmu murni
Sosiologi juga disebut sebagai ilmu murni karena memiliki tujuan membentuk dan menggambarkan pengetahuan secara abstrak, sehingga mutunya dapat dipertimbangkan.
Ciri-ciri utama sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu sosial yang murni, mempunyai empat ciri utama yang tidak bisa dilepaskan begitu saja karena keempatnya merupakan syarat agar sosiologi bisa berdiri sendiri. Berikut keempat ciri-ciri tersebut:
1. Teoritis
Ciri yang pertama ialah sosiologi selalu berusaha menyusun sebuah abstraksi yang berupa kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat dari berbagai gejala sosial yang diteliti dengan berdasarkan kepada hasil pengamatan empiris.
2. Empiris
Sosiologi, sebagai ilmu pengetahuan berdasar kepada realitas sosial yang benar-benar terjadi di lapangan (masyarakat) dan bukan merupakan sebuah spekulasi.
3. Non-etis
Tugas sosiologi bukan untuk menentukan mana yang baik dan buruk dalam permasalahan. Ilmu yang satu ini fokus memberikan penjelasan yang logis tentang latar belakang fenomena tertentu.
4. Kumulatif
Kumulatif artinya sebuah argumen tentang fenomena tertentu dalam sosiologi harus berlandaskan kumpulan beberapa teori yang sudah ada sebelumnya.
Selain empat ciri yang telah disebutkan tersebut, sosiologi juga mempunyai teori yang berbeda dengan teori sosial yang lain. Teori sosiologi memahami masyarakat tanpa berfokus pada konsep baik atau benar. Sedangkan teori sosial lainnya lebih fokus pada komentar masyarakat; bertujuan ke arah politik secara insentif.
Teori sosial juga terbentuk dari seperangkat paradigma, hipotesis, argumen, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis suatu fenomena sosial. Maka ketika kedua teori ini dibandingkan, terlihat jelas bahwa teori sosial tidak terlalu memperhatikan sisi objektivitasnya.
Teori-teori sosiologi
Mayoritas ilmu pengetahuan memiliki teorinya masing-masing. Seperti ilmu kedokteran misalnya, pasti punya teori bagaimana melakukan pemeriksaan penyakit kepada pasien. Begitu juga sosiologi yang memiliki teori untuk menjelaskan berbagai hal yang terjadi di masyarakat.
Setiap teori punya tingkat kepastiannya masing-masing. Umumnya teori ilmu alam tingkat kepastiannya lebih tinggi dari ilmu sosial. Dalam ilmu sosial, teori lebih bersifat subjektif yang tergantung pada cara pandang melihat sebuah fenomena.
Di samping itu, kenyataan sosial selalu berubah dari waktu ke waktu maka sebuah teori ilmu sosial sangat jarang mengalami perubahan. Ketika belum ada teori lain yang bisa membuktikan hal sebaliknya, sebuah teori ilmu sosial tidak akan berubah sama sekali.
1. Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik adalah teori sosiologis yang menekankan pentingnya simbol dan interaksi sosial dalam memahami masyarakat dan kehidupan sosial. Teori ini berfokus pada cara individu menciptakan makna melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan mereka. Berikut adalah beberapa contoh interaksionisme simbolik:
- Identitas dan Peran Sosial
Seorang guru di sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga memainkan peran sebagai pendidik, mentor, dan figur otoritas. Interaksi antara guru dan siswa melibatkan penggunaan simbol-simbol seperti buku, papan tulis, dan seragam. Siswa merespons guru berdasarkan peran dan simbol yang terkait dengan identitas guru tersebut. - Komunikasi Nonverbal
Ketika dua orang bertemu, mereka tidak hanya berkomunikasi melalui kata-kata tetapi juga melalui isyarat nonverbal seperti senyum, anggukan kepala, dan kontak mata. Misalnya, ketika seseorang tersenyum saat bertemu dengan teman, senyuman itu adalah simbol yang menunjukkan keramahan dan keakraban. - Ritual Sosial
Upacara pernikahan adalah contoh interaksionisme simbolik di mana berbagai simbol (cincin, gaun pengantin, sumpah pernikahan) digunakan untuk menciptakan makna. Setiap elemen dalam upacara pernikahan memiliki makna simbolis yang memperkuat komitmen dan hubungan antara pasangan yang menikah. - Interaksi di Media Sosial
Di media sosial, pengguna berinteraksi melalui simbol-simbol seperti "like", komentar, dan emotikon. Misalnya, memberikan "like" pada postingan teman dapat diartikan sebagai bentuk dukungan atau persetujuan. Interaksi ini membantu membentuk identitas online dan hubungan sosial pengguna
2. Konflik
Teori konflik berasumsi kepada perbedaan dalam kepentingan yang dimiliki oleh kelas-kelas sosial sehingga menghasilkan sebuah relasi sosial yang sifatnya konfliktual. Teori ini sendiri digagas oleh Karl Marx.
Kesenjangan sosial tercipta karena pendistribusian kekayaan tidak merata sehingga saat kesenjangannya bertambah parah, potensi timbulnya konflik pun semakin besar.
Kelas sosial yang dimaksud di sini adalah kelompok proletar dan borjuis. Kelompok pertama merupakan kelas pekerja atau orang-orang yang tidak memiliki kontrol atas sumber daya. Sedangkan kelompok kedua memegang kontrol terhadap sumber daya karena memiliki modal yang besar.
Dari dua kelas tersebut, terlihat jelas sekali bahwa kepentingan dan tujuan keduanya sangat berbeda. Kaum proletar ingin kekayaan didistribusikan secara merata. Sementara kaum borjuis justru menginginkan penambahan kekuasaan atau mempertahan kekuasaan yang telah dimiliki.
Pergesekan di antara dua kelompok ini jika dibiarkan akan memicu terjadinya sebuah revolusi. Apalagi jika ditambah dengan kesadaran kelas yang membuat kelompok proletar tahu bahwa mereka sebenarnya telah dieksploitasi.
3. Fungsionalisme Struktural
Teori yang terakhir lahir dari Emile Durkheim. Dia memiliki imajinasi bahwa masyarakat merupakan organisme yang terdiri dari berbagai macam komponen, komponen-komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain sehingga bisa berfungsi terus-menerus.
Fungsionalisme struktural menekankan bahwa masyarakat tersusun dari sistem struktural yang memiliki perannya sendiri. Oleh sebab itu, hasil dari keseluruhan sistem yang berjalan tersebut bisa menciptakan stabilitas sosial.
Dalam teori ini, lembaga sosial akan tetap bertahan selama fungsinya berjalan baik. Jika terdapat malfungsi, maka secara perlahan-lahan lembaga tersebut akan menghilang.
Selain itu, harus ada kerjasama yang baik di antara institusi sosial (seperti misalnya pemerintah, agama, ekonomi, pendidikan, keluarga, media, dan lain sebagainya) sehingga sistem bisa tetap terjaga.
Untuk memahami lebih jauh tentang teori-teori sosiologi, kamu bisa membaca buku Pengantar Teori Sosiologi karya Prof. Dr. Damsar karena dalam buku ini kamu diberi peta teori sosiologi dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya dengan bahasa sederhana dan contoh dalam konteks keseharian masyarakat Indonesia.
Sosiologi dan Akal Sehat
Terkadang, orang-orang menganggap bahwa analisis dalam sosiologi hanya sebuah uraian yang berdasar pada akal sehat saja. Meski sebenarnya ada perbedaan antara akal sehat dengan sosiologi.
Akal sehat adalah pertimbangan yang masuk akal dan berlandaskan pengalaman seperti firasat, dugaan, serta kebenaran yang kebetulan ditemukan. Karena itu, akal sehat tidak berdasar kepada pembuktian ilmiah.
Sebagai contohnya, pernyataan anak laki-laki lebih berani daripada anak perempuan bisa dianggap benar karena bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kesimpulan yang berdasarkan kepada akal sehat masih banyak ditemui di dalam masyarakat.
Sementara sosiologi sebagai sebuah ilmu memiliki bukti-bukti ilmiah. Bukti ini merupakan sebuah pengamatan nyata yang bisa ditimbang, dihitung, dilihat, dan diuji kebenarannya oleh pihak-pihak lain.
Hal ini jelas berbeda dari akal sehat yang berlandaskan pada pengalaman sehingga sulit diuji kebenarannya. Analogi sederhananya, seseorang yang terus-menerus melihat singa di hutan tidak begitu saja menjadi ahli yang mampu menganalisis perilaku singa. Untuk menjadi seorang ahli, dia harus melakukan observasi ilmiah sehingga hasil yang didapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.
Nah, itulah hal-hal yang harus kamu pahami dari sosiologi agar kamu bisa mulai mempelajari berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat.
Asesmen Diagnostik - Penilaian Mandiri
Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan guru secara spesifik. Adapun yang diidentifikasi guru yaitu seperti kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa dalam proses kegiatan belajar hari ini. Dengan dilakukannya identifikasi tersebut guru dapat merancang kegiatan belajar sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa dipertemuan berikutnya.